Laman

Rabu, 25 Mei 2011

Trend City Alto Simple, Fungsional, Dan Enggak Murahan


JAKARTA - Bicara modifikasi bergaya ALTO (All Terrain Off-road) yang sempat dipopularkan OTOMOTIF beberapa tahun lalu, rupanya sampai sekarang masih ada saja pengikut aliran ini.

Namun peruntukkannya agak bergeser dari pakemnya, yang sejatinya diandalkan buat mengakrabi trek off-road ringan, kini beralih fungsi untuk keperluan harian di dalam kota.

Maksimum 5 Cm

Aliran ini kami istilahkan dengan sebutan City ALTO, lantaran mayoritas penganutnya memang memposisikan besutan mereka itu sebagai kendaraan transportasi dalam kota. Meski begitu, beberapa di antaranya juga ada yang mengandalkan mobilnya buat wara-wiri ke luar kota.

Virus baru di kalangan pencinta besutan jangkung ini, memang diakui Nuris Sarni sebagai fenomena menarik yang bisa ditiru. "Karena tidak melakukan banyak ubahan pada kendaraan, dan masih mempertahankan fungsi utamanya sebagai alat transportasi yang tetap nyaman," buka penggawang Pit Garage di Jl. H. Soleh II No.2, Kebayoran Lama, Jaksel.

Memang tak dipungkiri jika aliran City ALTO ini banyak diaplikasi oleh mereka, yang sebelumnya atau masih memiliki mobil dengan ground clearance tinggi.

Meski begitu tak lantas memodifikasi kaki-kaki terlampau jauh dari tanah. Menurut Nuris, posisi lift up disarankan tak melebihi porsi. "Maksudnya, jarak pijak ke tanah naiknya maksimum 5 cm. Kalau melebihi ambang batas ini, dikhawatirkan fungsi suspensi sebagai peredam kaki-kaki akan berubah," ulas pria berjenggot ini.


Pemakaian towing bar lebih difungsikan sebagai dudukan rak sepeda
Didit Ary Trinanda, salah satu aktifis di kalangan komunitas Blazer Indonesia, ikut menimpali soal kenaikan jarak pijak dari kondisi standar mobil. "Sebenarnya enggak ada ketentuan baku untuk ninggiin sampai seberapa jauh, terpenting harus tetap mempertahankan unsur kenyaman dari mobil itu sendiri," ungkap Didit.

Porsi buat meninggikan ground clearance pada aliran City ALTO, sangat mempertimbangkan aspek pemakaian lingkar pelek berikut ban. Lantaran ubahan yang mengacu pada metoda body lift atau suspension lift ini, memang difokuskan pada upgrade di sektor kaki.

Seperti dilakoni Ricky, pembesut Toyota Kijang Innova diesel 2011 asal Bogor, Jabar ini. Ia mengandalkan suspension lift kit berbahan alumunium, untuk meninggikan ground clearance mobil hariannya itu. "Naiknya sekitar 3 cm di depan, dan belakang naik 4 cm dari kondisi standar," kata pria pengoleksi beberapa jip ini.

Edhi Arianto, pemilik Toyota Kijang LSX 2001, meninggikan jarak pijak mobilnya ini dengan metoda body lift sejauh 5 cm. "Enggak berani lebih lagi, supaya posisi per tetap standar dan bantingannya tetap lembut," ungkap karyawan swasta ini.

Sementara Fahmi Ardi, yang baru meminang Daihatsu Taruna CL 1999, meninggikan SUV kelir hijau metalik miliknya itu dengan mengganjal bagian depan pakai besi setebal 6 cm, tanpa mengutak-atik per dan sokbreker.

"Belakang tidak diganjal karena bisa bikin bodi limbung. Hanya mengganti sokbreker pakai kepunyaan Isuzu Panther, dan per pakai bawaan Grand Cherokee," papar pria yang setiap hari melintasi rute Bekasi Timur-Kebon Sirih ini.


Penggantian pelek dan ukuran ban umumnya andalkan bawaan SUV mahal
A/T & H/T

Roda naik step berpatokan pada kaki-kaki bawaan SUV two wheel drive. "Seperti pakai pelek dan ban standar kepunyaan Honda CR-V, atau SUV middle up yang lain," kata Nuris.

Senada dengan Nuris, Didit menyarankan untuk alternatif pemakaian ban di luar standar SUV yang dicomot, idealnya menggunakan salah satu dari dua jenis kembang karet bundar. Yaitu A/T (segala medan) dan H/T (medan berat).

Pertimbangannya tak lain buat kenyamanan berkendara di atas aspal. "Maksimum pakai ban tipe H/T, karena buat pemakaian dalam kota terlebih di jalan tol sudah terasa bising," pungkas Nuris.

Coba simak yang diterapkan Fahmi. Kaki-kaki standar ditemani pelek bawaan Jeep Wrangler JK ukuran 17x7.5 inci, berikut ban Bridgestone Dueler H/T 265/70-R17.

Sedangkan Ricky menyematkan pelek kaleng diameter 16 inci, yang merupakan bawaan asli Toyota Harrier, ditemani ban Bridgestone Dueler H/T 215/70-R16.

Ubahan yang agak nyeleneh juga bisa diterapkan, asal tidak terlampau ekstrem. Seperti dilakoni Edhi, yang pengin membuat tampilan Kijang LSX 2001 miliknya ini mirip sosok Toyota Unser (Kijang versi Australia).

"Pakai pelek US-Wheels 15x8 inci dengan offset -8, ban pakai Savero A/T-plus ukuran 235/70-R15. Karena posisi roda terlalu keluar, ditambah over fender model Toyota Unser berbahan alumunium," beber Edhi.

Untuk lebih detil seputar ubahan apa saja yang bisa ditiru, dapat dilihat pada foto-foto berikut.

Interior

Konsep ubahan interior pada aliran City ALTO, lebih mengarah pada kelayakan fungsi sebuah kabin mobil. Artinya kondisi standar sebisa mungkin tetap dipertahankan, meski tak menutup kemungkinan untuk dilakukan beberapa penambahan atau penggantian perangkat pendukung di dalamnya.


Intinya tidak boleh mengurangi tingkat kenyamanan di kabin. Tidak jarang pemiliknya mengganti jok standar dengan versi aftermarket atau bawaan tipe paling atas, sekadar untuk menambah kenyamanan selama perjalanan.

Seperti pada kabin Toyota Kijang Innova milik Ricky, yang mengganti bangku di baris kedua dengan model captain seat. Tidak mengherankan jika Ia memodifikasi secara simpel seperti ini, lantaran MPV diesel miliknya ini kerap dipakai wara-wiri Bogor-Bandung-Bogor setiap hari.

Edhi juga mendandani interior Kijang diesel LSX-nya pakai jok Recaro LX81, yang merupakan kategori limited edition. Pertimbangan pria ramah ini mungkin demi mendongkrak penampilan, selain dianggapnya lebih nyaman buat dipakai harian.

Peranti lainnya seperti pet-block (terali pemisah), bisa dipasang di balik jok tengah, terutama bagi penyuka hewan peliharaan dan suka membawanya bepergian satu mobil, bisa mengandanginya di kabin paling belakang agar tak mengganggu kenyamanan dan konsentrasi mengemudi.

Terakhir, bisa menaruh ban serep pada dinding kabin paling belakang, sisi kanan atau kiri dengan menambah bracket khusus, supaya lebih terkesan kabin besutan SUV macam Jeep Cherokee.