Laman

Minggu, 16 September 2012

Kebiasaan Berkendara Yang Bisa Membahayakan


cara-berkendara-yang-berbahaya
Cara berkendara yang salah

Dari beberapa kebiasaan yang disebutkan di bawah, mungkin ada sebagian yang bertujuan baik, namun ada juga yang ternyata bisa membahayakan keselamatan kita sendiri atau pengendara lainnya, tidak jarang juga yang mengeluh terganggu kenyamanan berkendaranya.
Alasannya sederhana, mungkin karena minimnya pemahaman akan fungsi pada kendaraan, rambu lalu lintas dan pengalaman dalam berkendara, atau mungkin karena sekedar ikut-ikutan. Berikut ini beberapa kebiasaan yang dimaksud;

Penggunaan Lampu Hazard

Adanya lampu hazard pada kendaraan sebenarnya dibuat untuk digunakan pada saat-saat darurat saja, seperti saat kita harus mengganti ban di pinggir jalan, atau mobil kita mogok. Bukan digunakan ketika hujan deras seperti yang umum kita temui di jalanan, terutama jalan tol. Semakin banyak pengendara yang menyalakan lampu ini ketika hujan maka akan semakin sulit pandangan kita untuk menjaga jarak dengan kendaraan di depannya atau lawan arah.

Menambah kecepatan ketika lampu kuning

Urutan menyala pada lampu lalu lintas adalah hijau, kuning lalu merah. Banyak pengendara yang justru mendadak menambah kecepatan kendaraannya ketika lampu kuning sudah menyala, tujuan mereka agar tidak terkena lampu merah, tentunya. Ini sangat berbahaya. Bagaimana jika ternyata kita tidak bisa mengejarnya dan lampu sudah menjadi merah, spontan pasti kita akan melakukan rem mendadak bukan? Perilaku seperti ini sangat mungkin memicu terjadinya tabrakan beruntun.

Tanpa lampu sign saat mendahului atau belok

Jika hanya sekedar serong ke kanan atau ke kiri, berpindah dari jalur lambat ke jalur cepat atau sebaliknya dapat dipastikan Anda akan sering terkejut dibuatnya. Kebanyakan pengendara beranggapan jika menyalakan lampu sign, justru tidak akan diberi kesempatan oleh kendaraan di belakangnya. Selain alasan di atas, perilaku seperti ini juga malah mencerminkan pengendara di Indonesia menjadi terkesan keras kepala dan tidak mau mengalah.
Khusus pengendara sepeda motor, banyak dan sering dijumpai pengendara ngebut, tanpa helm dan berbelok tiba-tiba tanpa lampu sign, konyolnya, mereka berbelok tanpa tengok kanan-kiri. Menurutnya, belok dulu baru tengok itu hal yang biasa. Tapi perlu Anda ingat, kali ini mungkin Anda masih mujur, entah esok hari.

Jalur cepat = jalur lambat

Silahkan amati perilaku pengendara di daerah pantura, Anda bakal sering menemui truk-truk besar atau bus berada di sebelah kanan. Entah apa alasan mereka. Yang jelas, tulisan dan himbauan agar kendaraan besar dan lebih lambat harus berada di sebelah kiri hampir selalu ada di setiap 5 km sekali.

Jalanan = tempat sampah

Anggapan bahwa jalan raya adalah tempat sampah tidak hanya menurut supir kendaraan umum, pengendara sepeda motor atau supir mobil pribadi saja, semuanya bebas melakukan itu. Coba bayangkan, jika jarak antara kendaraan yang terlalu dekat ditambah dengan kecepatan yang tinggi, membuang sampah sembarangan bisa membuat kendaraan belakang kita kaget, ini berbahaya.
Yang paling sering dijumpai adalah puntung rokok yang masih menyala, tissue, kulit buah, botol minuman sampai dengan popok bayi (pampers), tidak jarang juga yang membuang pampers lengkap dengan isinya.