Bayangkan saja, betapa mudahnya parkir di lokasi sempit atau mengendarai di jalan macet yang kerap dijumpai saat ini di Indonesia.
Nah, seiring perkembangan teknologi, perangkat tersebut belakangan banyak digerakkan oleh motor listrik.
Padahal, generasi sebelumnya menggunakan hidrolis dengan oli power steering. Kenapa harus pakai motor listrik daripada hidrolis seperti dulu, bagaimana cara kerja dan perawatan jika EPS mengalami kerusakan? Yuk, kita pahami lebih dalem lagi!
EPS (Electric Power Steering) di Indonesia rasanya bermula ketika Mazda Vantrend memakai perangkat ini di tahun 1990-an. Setelah itu, giliran Suzuki Karimun hingga sekarang ini terlalu banyak mobil yang pakai. Saat itu, Vantrend masih memakai EPS yang diletakkan pada steering rack.
Selain itu, ada model semi elektris yang memakai kombinasi elektris dengan hidrolis. Jadi, motor elektris hanya digerakkan untuk mendorong pompa oli yang akan memutar rack setir. Contoh pada Chevrolet Zafira ataupun Mercedes Benz A-Class. Hasilnya, masih butuh perawatan dan penggantian oli untuk jangka panjang.
Belakangan ini, model full elektris yang dipercaya untuk memutar rack. Jadi, tak akan ada lagi belt yang memutar pompa. Gerakan pompa digantikan oleh motor elektris.
Hanya saja, ada sedikit perbedaan posisi motor elektris. Misalkan di Toyota Yaris dan New Avanza yang motor elektrismua ada di batang setir, sedangkan Honda New Jazz dan Suzuki Swift menempel pada rack setir. Tapi prinsip keduanya sudah tak lagi mengandalkan pompa hidrolis.