Sejarah Head Unit Mobil
Mengenal Head Unit Bersejarah, dari Sistem Pita Hingga Pengatur Jeda Suara
JAKARTA - Mungkin pernah terlintas, semasa masih duduk di bangku sekolah dasar dulu, ayah atau keluarga Anda kerap menyetel lagu-lagu kesukaan mereka dari tape mobil, yang pada waktu itu masih sebatas pemutar kaset.Bayangkan bagaimana kualitas suara yang dihasilkan tape mobil atau head unit di era '80-an, ketika saat itu teknologi audio mobil masih mengandalkan pita suara sebagai media penyimpan datanya.
Pengalaman masa lalu itu pasti akan sedikit menggelitik benak Anda. Mengingat kemajuan teknologi yang sudah begitu pesat, mungkin sudah tak bisa lagi menjumpai beberapa tipe head unit, yang dulu sempat menjadi favorit audiomania di jamannya.
Sebut saja merek Nakamichi yang familiar di era 80-an, dengan desain klasiknya yang simpel namun kemampuan menghasilkan suara berkualitasnya dianggap cukup baik saat itu.
Kemudian hadir Blaupunkt, Clarion, Pioneer, Denon dan Alpine yang merangsek ke pasar car audio Tanah Air sejak era 90-an, setelah teknologi menciptakan single DIN pemutar keping CD lagu dengan fitur pengatur jeda suara.
Selengkapnya bisa disimak dalam artikel berikut.
Produk Nakamichi sempat meracuni kalangan audiomania di era 80-an, lewat tipe TD-1200 yang sangat familiar saat itu. Varian ini bisa dikatakan versi superior. Sebab selain berfungsi sebagai pemutar kaset dengan mekanisme top-loading alias model laci, reproduksi suara yang dihasilkannya cukup baik lantaran dimodali fitur NAAC (Nakamichi Auto Azimuth Correction) serta Dolby NR (Noise Reduction).
Pioneer DEH-P80RS yang di pasaran masih dijual seharga Rp 4,2 juta ini memiliki fitur unggulan seperti time alignment (TA), crossover maupun EQ. Menurut Bari Setiadi dari Baze Audio di Kebon Jeruk, Jakbar, head unit yang sudah dibekali fitur-fitur tadi termasuk kategori profesional.
Fitur time alignment pada Pioneer P80RS ini berfungsi mengatur jeda suara yang datang, dari speaker kanan dan kiri supaya terdengar pas di telinga. Untuk pengukurannya mesti mengukur jarak tiap speaker dari posisi pendengar, baru kemudian dimasukkan ke dalam memori TA mengaktifkannya.
Blaupunkt yang merupakan merek asal Jerman ini sempat diminati pemilik mobil di era 90-an. Salah satunya seperti tipe Bremen SQR49, yang merupakan head unit single DIN pemutar kaset.
Tipe SQR49 hanya dibekali fitur Cassette dan Recorder Player namun sudah dilengkapi pengatur level bass, treble dan fader. Mode radio atau broadcast mode, dibekali fasilitas frekuensi 2 x SW ditambah penerima gelombang FM.
Keunggulan Bremen SQR49 adalah tingkat durabilitasnya yang sangat baik, karena keseluruhan casing baik bodi maupun panel depan terbuat dari bahan metal.
Alpine F#1Status
Sebut saja teknologi Imprint yang ada pada head unit Alpine DVI-9990E, kian sempurna jika dipasangkan dengan prosesor Alpine PXI-H990.
Melalui prosesor ini, parameter EQ terbagi menjadi 31 band masing-masing untuk speaker depan-belakang. Buat Subwoofer dibekali EQ sampai 10 bands, sehingga bisa dibayangkan betapa presisinya kualitas suara yang dihasilkannya.
Denon DCT-A100 merupakan salah satu head unit kelas high-end. "Varian ini memang jadi favorit pemain audio profesional, tapi terbilang jarang yang pakai ketimbang Alpine F#1Status," jelas Ahong dari Prisma Autosound.
Untuk aplikasi Denon DCT-A100 tergolong user-friendly, ketimbang pesaingnya macam Alpine F#1Status yang cukup merepotkan bagi pendatang baru di kelas profesional.
Clarion HX-D2
Salah satu fitur unggulannya seperti format digital suara 24-bit/96 kHz, sebagai sampling digital ganda ke konverter burr-brown analog maupun DSP. Unsur multimedia diladeni kontrol CeNET sebagai penghubung ke DVD changer, CD changer, TV tuner maupun iPod.