Ini memudahkan untuk saling bertukar-tukaran antara sesama jip Suzuki, ataupun merombak Jimny 4x2 menjadi 4x4 . “Perlu diperhatikan, LJ80 dan SJ410 memiliki format yang berbeda, sehingga antara keduanya tidak bisa saling bertukar tempat,” terang Tri Handoko dari bengkel CBX di bilangan Pondok Gede Bekasi.
LJ80 digolongkan sebagai Jimny generasi I dengan bonggol gardan di tengah, baik depan maupun belakangnya, sedangkan SJ410 adalah Jimny generasi II yang memiliki format gardan pinggir,” lanjutnya. “Jimny generasi I hanya bisa saling bertukar tempat dengan sesama generasi I, sedangkan untuk Jimny generasi II, selain bisa bertukar dengan sesama generasinya, juga bisa bertukar dengan Jimny generasi III ,” sahut Edward Daniel dari MMC di bilangan Pejaten Jakarta Selatan.
Bukan hanya itu, ternyata t-case Jimny ini memiliki keunggulan lain. “Model formasi terpisahnya memudahkan untuk diaplikasi pada kendaraan lain. Singkatnya kita bisa membuat sebuah kendaraan 4x2 menjadi kendaraan 4x4 berbekal transfercase ini,” cerocos Hadi Kusnadi yang kenyang dengan modifikasi dengan menggunakan transfercase ini. “Bahkan t-case Jimny ini terbukti mujarab digunakan sebagai peranti PTO (Power Take Off) lho,” sambung pria yang akrab disapa Atung ini.
Keunikan inilah yang kemudian menjadikannya salah satu t-case yang paling dicari. Dengan masuknya limbah otomotif ke Indonesia, maka kemungkinan untuk mendapatkan peranti tersebut menjadi lebih terbuka. Banyaknya gerai importir limbah mesin yang menyediakan peranti ini juga memungkinan dijumpainya pilihan t-case dengan spesifikasi yang tidak tersedia di pasar domestik.
Menentukan pilihan T-case tentu dipengaruhi oleh kebutuhan. “Jika hanya ingin mengganti transfercase yang rusak, sebaiknya menggunakan spesifikasi yang sama. Namun, jika memang berencana untuk keperluan tertentu, seperti pemakaian ban yang lebih besar, maka bisa memilih transfercase dengan spesifikasi lebih low,” papar Daniel.
Ketika memilih T-case yang notabene barang bekas, diperlukan kejelian dan kecermatan tersendiri. “Ada beberapa trik untuk mengetahui kondisi T-case yang akan dipilih. Tips ini secara global akan menunjukkan kondisi T-case pada umumnya yang tentunya akan menjadi modal dalam perburuan,” terang Tri.
Untuk lebih jelasnya kita simak bareng-bareng.
(Tc)
1. Cermati bentuk fisik dari transfercase tersebut. Pastikan tidak terdapat cacat berupa retak atau pecah pada casingnya, terutama pada lubang baut tanam penyangga t-case ini. (tc)
(Tc1)
(Tc2)
(Tc3)
Besar & Kecil
Secara umum, transfercase Jimny generasi II dibagi atas tiga katagori. Jimny generasi II ini mengenal jenis transfercase kecil, besar dan rantai (chain drive). Jenis transfercase kecil mulai dipakai sejak tahun 1981, pada SJ30 hingga 1987. Sedangkan untuk SJ410 atau SJ40 digunakan sejak 1981 (untuk pasar Jepang) atau 1982 (untuk pasar Indonesia), dan tidak digunakan lagi oleh Jimny mulai rakitan 1984, di mana posisinya digantikan oleh jenis tranfercase yang lebih besar.
Menghitung Rasio
Selain memilih t-case dalam kondisi yang baik, sebaiknya kita juga mengetahui rasio t-case bersangkutan. Cara paling mudah, atur gigi ke posisi 2H, 4H atau 4L, dan putar output atau input shaftnya, maka kita akan mendapatkan rasio yang dapat dicermati langsung dari perbandingan putaran pada input dan outputnya.
Harga
Transfercase Jangkrik atau LJ80 bisa dikatakan barang yang susah-susah mudah didapat. “Kalaupun ada, jarang sekali kita mendapatkan copotan dari limbah luar negeri. Malahan kebanyakan justru dari limbah kampakan lokal, sehingga harganya pun bervariasi,” ujar Bimo Wicaksono dari Bengkel Bimo. “Namun biasanya dipatok pada kisaran harga Rp 1 hingga 2 jutaan, tergantung kondisi dan kebutuhan.”
Berbeda kisahnya dengan Jimny generasi SJ410 atau SJ413. Generasi kedua Jimny ini memiliki pilihan yang relatif banyak. “Secara garis besar terdapat empat pilihan T-case untuk jenis ini. Bahkan bisa juga menggunakan milik Jimny generasi III yang sudah menggunakan penggerak rantai (chain drive),” ujar H Agus dari Dua Sekawan. Untuk harga, t-case gen II ini lebih ‘terang’, yakni dibanderol antara Rp 1,5 juta hingga Rp 1,75 juta.”
Daftar substitusi LJ80 (generasi I)
LJ10 : 2.975 (low)/ 1.744 (high)
LJ20 : 3.012 (low)/ 1.714 (high)
LJ50 : 3.012 (low / 1.714 (high)
Lj80 : 3.012 (low)/ 1.714 (high)
SJ10 : 3.012 (low)/ 1.714 (high)
SJ20 : 3.012 (low)/ 1.714 (high)
Daftar subtitusi SJ410 (generasi II)
SJ30 : 3.052 (low) / 1,741 (high)
SJ40 : 2.511 (low) / 1,580 (high)
SJ410 : 2.511 (low) / 1,580 (high)
SJ 413 : 2.268 (low) / 1.409 (high)
JA51 : 2.268 (low) / 1.409 (high)
JA71 : 2.511 (low) / 1.580 (high)
JA11 : 2.511(low) / 1.580 (high)
JA12 : 2.123 (low) / 1.320 (high)
JA22 : 2.123 (low) / 1.320 (high)
JB 23 : 2.145 (low) / 1.320 (high)
JB33 : 2.145 (low) / 1.320 (high)
JB23-7 : 2.643 (low) / 1.320 (high)
JB43 : 2.643 (low) / 1.320 (high)
Thanks to
CBX
Taman Bongas Blok H No 9 Jatiwaringin Asri Pondok Gede Bekasi
Telp: 081.111.7442
Bengkel Bimo
Jl. Raya Jati Makmur No. 1, Pondok Gede, Bekasi
Telp: 081.183.6297
MMC
Jl Raya CondetPejaten No. 1 Jakarta Selatan
Telp: (021) 798.6825
Atung
Telp : (022) 2017724 / 022336066