Kiprah Djuni
Kemal, off-roader asal Padang di ajang kompetisi tentu buka hal yang
baru. Sepak terjangnya sempat menorehkan beberapa prestasi yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Yang unik dari pria satu ini, desain
mobilnya begitu sederhana namun ubahan-ubahan nya begitu dipikirkan.
Yang pasti factor bobot menjadi concern baginya. “ Maklum masih
mengandalkan mesin standar,” ujar pria penggemar teh pahit ini.
“ Sebenarnya prinsip dalam membangun mobil ini, saya tidak mau direpotkan oleh kendala teknis di event kompetisi off-road,” paparnya. “ Rusak itu wajar, namun jangan sampai karena trouble tersebut kta gak bisa meneruskan kompetisi.”
Berangkat dari situ , Djuni lantas memeras otak untuk menerapkan di tunggangannya. Alhasil jika dicermati banyak cadangan part kecil-kecil menempel di mobil perangnya. Nah yang jadi pertanyaan, bagaimana dengan part-part besar seperti as roda, gardan girboks dan sebagainya. “ Untuk itu sudah saya pikirkan. Selama ini mobil ini selalu di towing jika berangkat ke event kompetisi. Nah mobil Suzuki Sierra yang dipakai menarik itulah yang dijadikan mobil donor,” kekehnya “ Makanya spek kaki-kakinya disamakan dengan mobil kompetisi saya. Jadi kalau ada masalah girboks misalnya, tinggal comot dari mobil donornya. Selain lebih efisien dalam hal waktu, karena tidak harus bongkar jeroan. Kompetisi bisa tetap jalan terus.”
Yang jelas ayah dari Surya Djorgi Kemal ini juga selalu menjadikan mobil dan utamanya pengalaman dari event-event sebelumnya sebagai sarana riset berjalan. Contoh simpelnya adalah pemasangan stopper di belakang bonggol gardan, lalu pemasangan voltmeter digital yang tinggal colok, towing yang multifungsi , dan banyak lagi. Untuk jelasnya coba cermati caption foto ya…. Hehehe
“ Rata-rata off-roader yang berprestasi adalah off-roader yang menyatu dengan mobilnya. Dalam arti tidak hanya mobil selesai dibangun lantas tekan gas, dan mobil kembali nongkrong di bengkel. Namun sentuhan personifikasi begitu diperlukan, sehingga kita tahu kelebihan dan kekurangan mobil. Dan dilakukan penyempurnaan seiring bertambahnya jam terbang,” ujarnya tanpa bermaksud menggurui . Sepakat pak !!!
Untuk saat ini memang kiprah Djuni Kemal tidak semengkilap dulu, “ Maklum faktor ‘U’, dan lagi klo ngegas sekarang ada limiternya. Belum lgi factor nekat yang makin berkurang,” begitu alasannya. Namun sebentar lagi Surya, putranya yang setia menemaninya off-road akan meneruskan langkahnya. “ Sebenarnya skill mengemudinya sudah lumayan mumpuni, tapi saya tahan dulu mengingat usianya masih terlalu muda,”
“Tapi saya sudah gatel pengen off-road om, “ kali ini giliran Surya yang buka suara
Waduh…!!!
Mesin
Cukup mengoptimalkan bawaan mesin standarnya F 10 A. Sedikit sentuhan di jeroan mesin, plus penyempurnaan di sektor pengapian dirasa sudah cukup mumpuni. Untuk mengantisipasi trouble di sektor pengapian, sengaja Djuni meletakkan 2 buah koil di ruang mesin. Jd jika satu trouble tinggal geser kabel ke koil satunya.
Kaki
Gardan memanfaatkan copotan dari Suzuki Samurai SJ berikut cakramnya. Untuk transfer case dicomot dari SJ 30, lansiran Suzuki yang bermesin 3 silinder. Uniknya Djuni sengaja menempatkan stopper karet pada belakang bonggol gardan, “ Sebenarnya ini akal-akalan untuk membatasi jarak main gardan ketika berakselarasi atau menghadapi medan bumpy. Sehingga kopel tetap terjaga pada selongsongnya alias tidak mudah patah atau menonjok girboks,” ujarnya. Lantas urusan suspensi ia mempercayakan per copotan Jeep Willys yang dikawinkan dengan per bawaan standar di depan dan Bilstein di belakang.
Interior
Warna joknya cukup meriah hehehe…! Perhatikan besi hitam yang melintang dibawah, “ Ada beberapa fungsi dari batang tersebut. Pertama tentu jadi ketika klontang bisa jadi pegangan. Selain itu sebenarnya juga untuk menjaga kaki ketika mobil dalam posisi miring ato rebah sekali pun agar tidak menyenggol tuas2 yang ada di bagian tengah. Termasuk tuas winch yang memang saya letakkan berdekatan dengan tuas transmisi,”. Dan ada lagi benda mungil yang tertanam di colokan lighter, “ Ini voltmeter digital, cukup dicolok kita bisa memantau kondisi aki atau alternator. Fungsinya menjadi sangat penting ketika kita winching, kita jadi tau kapan harus stop dan kapan harus mulai narik lagi,” begitu bebernya.
Towing
Berhubung mobil ini selalu di towing dengan Mobil Suzuki Sierra-nya ketika ada event yang lokasinya cukup jauh. Keberadaan piranti ini dinilai mutlak ada, namun lagi-lagi uniknya selain dapat dipindah –pindahkan dalam hitungan menit. Piranti ini juga sebagai tempat ban cadangan sekaligus didalamya terdapat nap, serta laher depan komplit untuk cadangan. Untuk ground anchor, yang juga merupakan desain sendiri disesuaikan dengan bobot mobilnya. Jadi lebih ringan , “ Dijamin bengkok jika harus menarik FJ 40 ,” tawanya.
Winch
Ketika para offroader lebih memilih produk Warn sebagai andalan ketika harus winching. Djuni Kemal lebih memili produk Aisin AS 1000, “ Memang jika berbica speed , winch ini sedikit lebih lambat dari Warn. Namun ketika free, Aisin cenderung lebih cepat karena yang dibebaskan rollnya, sedangkan Warn cenderung masih tertahan kopling. Jadi pada Aisin ketika mengulur, kecepatan lari driver menarik sling setara dengan kecepatan winchnya,” jelasnya “ Sudah itu aplikasi winch tengah yang saya gunakan juga memudahkan pengontrolan. Saya bisa free kan sendiri, dan saya juga tahu kapan co-driver sampai lokasi winching dengan melihat dari putaran roll. Intinya gak harus pake teriak-teriak lagi”
Belakang
Jika dicermati diburitan ada beberapa part cadangan yang penempatnnya juga dipikirkan. Ada boks besi kecil yang digunakan untuk menyimpan part-part kecil. Di bemper batang long tierod juga ikut dipasang. “ Pokoknya kalau diperhatikan secara detail banyak part-part cadangan yang saya tempelkan di sekujur body mobil. Tentu saja part-part kecil fungsional yang memang ada potensi trouble. Karena pertimbangan bobot juga menjadi perhitungan penting, maklum ditarik mesin standar,” Kekehnya.
Data Spesifikasi
“ Sebenarnya prinsip dalam membangun mobil ini, saya tidak mau direpotkan oleh kendala teknis di event kompetisi off-road,” paparnya. “ Rusak itu wajar, namun jangan sampai karena trouble tersebut kta gak bisa meneruskan kompetisi.”
Berangkat dari situ , Djuni lantas memeras otak untuk menerapkan di tunggangannya. Alhasil jika dicermati banyak cadangan part kecil-kecil menempel di mobil perangnya. Nah yang jadi pertanyaan, bagaimana dengan part-part besar seperti as roda, gardan girboks dan sebagainya. “ Untuk itu sudah saya pikirkan. Selama ini mobil ini selalu di towing jika berangkat ke event kompetisi. Nah mobil Suzuki Sierra yang dipakai menarik itulah yang dijadikan mobil donor,” kekehnya “ Makanya spek kaki-kakinya disamakan dengan mobil kompetisi saya. Jadi kalau ada masalah girboks misalnya, tinggal comot dari mobil donornya. Selain lebih efisien dalam hal waktu, karena tidak harus bongkar jeroan. Kompetisi bisa tetap jalan terus.”
Yang jelas ayah dari Surya Djorgi Kemal ini juga selalu menjadikan mobil dan utamanya pengalaman dari event-event sebelumnya sebagai sarana riset berjalan. Contoh simpelnya adalah pemasangan stopper di belakang bonggol gardan, lalu pemasangan voltmeter digital yang tinggal colok, towing yang multifungsi , dan banyak lagi. Untuk jelasnya coba cermati caption foto ya…. Hehehe
“ Rata-rata off-roader yang berprestasi adalah off-roader yang menyatu dengan mobilnya. Dalam arti tidak hanya mobil selesai dibangun lantas tekan gas, dan mobil kembali nongkrong di bengkel. Namun sentuhan personifikasi begitu diperlukan, sehingga kita tahu kelebihan dan kekurangan mobil. Dan dilakukan penyempurnaan seiring bertambahnya jam terbang,” ujarnya tanpa bermaksud menggurui . Sepakat pak !!!
Untuk saat ini memang kiprah Djuni Kemal tidak semengkilap dulu, “ Maklum faktor ‘U’, dan lagi klo ngegas sekarang ada limiternya. Belum lgi factor nekat yang makin berkurang,” begitu alasannya. Namun sebentar lagi Surya, putranya yang setia menemaninya off-road akan meneruskan langkahnya. “ Sebenarnya skill mengemudinya sudah lumayan mumpuni, tapi saya tahan dulu mengingat usianya masih terlalu muda,”
“Tapi saya sudah gatel pengen off-road om, “ kali ini giliran Surya yang buka suara
Waduh…!!!
Mesin
Cukup mengoptimalkan bawaan mesin standarnya F 10 A. Sedikit sentuhan di jeroan mesin, plus penyempurnaan di sektor pengapian dirasa sudah cukup mumpuni. Untuk mengantisipasi trouble di sektor pengapian, sengaja Djuni meletakkan 2 buah koil di ruang mesin. Jd jika satu trouble tinggal geser kabel ke koil satunya.
Kaki
Gardan memanfaatkan copotan dari Suzuki Samurai SJ berikut cakramnya. Untuk transfer case dicomot dari SJ 30, lansiran Suzuki yang bermesin 3 silinder. Uniknya Djuni sengaja menempatkan stopper karet pada belakang bonggol gardan, “ Sebenarnya ini akal-akalan untuk membatasi jarak main gardan ketika berakselarasi atau menghadapi medan bumpy. Sehingga kopel tetap terjaga pada selongsongnya alias tidak mudah patah atau menonjok girboks,” ujarnya. Lantas urusan suspensi ia mempercayakan per copotan Jeep Willys yang dikawinkan dengan per bawaan standar di depan dan Bilstein di belakang.
Interior
Warna joknya cukup meriah hehehe…! Perhatikan besi hitam yang melintang dibawah, “ Ada beberapa fungsi dari batang tersebut. Pertama tentu jadi ketika klontang bisa jadi pegangan. Selain itu sebenarnya juga untuk menjaga kaki ketika mobil dalam posisi miring ato rebah sekali pun agar tidak menyenggol tuas2 yang ada di bagian tengah. Termasuk tuas winch yang memang saya letakkan berdekatan dengan tuas transmisi,”. Dan ada lagi benda mungil yang tertanam di colokan lighter, “ Ini voltmeter digital, cukup dicolok kita bisa memantau kondisi aki atau alternator. Fungsinya menjadi sangat penting ketika kita winching, kita jadi tau kapan harus stop dan kapan harus mulai narik lagi,” begitu bebernya.
Towing
Berhubung mobil ini selalu di towing dengan Mobil Suzuki Sierra-nya ketika ada event yang lokasinya cukup jauh. Keberadaan piranti ini dinilai mutlak ada, namun lagi-lagi uniknya selain dapat dipindah –pindahkan dalam hitungan menit. Piranti ini juga sebagai tempat ban cadangan sekaligus didalamya terdapat nap, serta laher depan komplit untuk cadangan. Untuk ground anchor, yang juga merupakan desain sendiri disesuaikan dengan bobot mobilnya. Jadi lebih ringan , “ Dijamin bengkok jika harus menarik FJ 40 ,” tawanya.
Winch
Ketika para offroader lebih memilih produk Warn sebagai andalan ketika harus winching. Djuni Kemal lebih memili produk Aisin AS 1000, “ Memang jika berbica speed , winch ini sedikit lebih lambat dari Warn. Namun ketika free, Aisin cenderung lebih cepat karena yang dibebaskan rollnya, sedangkan Warn cenderung masih tertahan kopling. Jadi pada Aisin ketika mengulur, kecepatan lari driver menarik sling setara dengan kecepatan winchnya,” jelasnya “ Sudah itu aplikasi winch tengah yang saya gunakan juga memudahkan pengontrolan. Saya bisa free kan sendiri, dan saya juga tahu kapan co-driver sampai lokasi winching dengan melihat dari putaran roll. Intinya gak harus pake teriak-teriak lagi”
Belakang
Jika dicermati diburitan ada beberapa part cadangan yang penempatnnya juga dipikirkan. Ada boks besi kecil yang digunakan untuk menyimpan part-part kecil. Di bemper batang long tierod juga ikut dipasang. “ Pokoknya kalau diperhatikan secara detail banyak part-part cadangan yang saya tempelkan di sekujur body mobil. Tentu saja part-part kecil fungsional yang memang ada potensi trouble. Karena pertimbangan bobot juga menjadi perhitungan penting, maklum ditarik mesin standar,” Kekehnya.
Data Spesifikasi
Mesin | OEM Suzuki SJ 410 (F10 A) |
Kapasitas | 1000 cc 4 silinder segaris |
Pengapian | CDI |
Koil | Malory , Denso GT Coil (back up) |
Kabel Busi | Splitfire |
Girboks | Suzuki LJ 80 |
Transfercase | Suzuki SJ 30 |
Gardan | Suzuki SJ 413/Samurai |
Locker | LSD |
Final gear | 8/41 |
Shock | OEM (depan), Bilstein (belakang) |
Per | Jeep Willys |
Velg | OEM Suzuki Jimny |
Ban | GT Savero Komodo 31 x10,5 R15 |
Winch | Aisin AS 1000 |
Aki | Solar 130 A |