Mengendarai
mobil sebetulnya juga bernilai olahraga. Di dunia ini banyak sekali
bentuk-bentuk olahraga yang menggunakan mobil sebagai media. Entah itu
Formula One, NASCAR, rally, off road dan masih banyak lagi. Bukan
sekadar karena unsur kecepatan atau ketangkasan, aktivitas seseorang di
balik kemudi mau tidak mau mengandung gerak dan latihan-latihan yang
tanpa disadari membuat tubuhnya aktif.
Organ-organ tubuh yang tidak digunakan lama kelamaan akan menurunkan kelenturan dan kepekaannya. Perhatikan saja, dengan menyetir mobil maka organ-organ penglihatan dan pendengaran harus selalu siaga. Kedua bola mata aktif memonitor kondisi jalan, baik langsung maupun melalui kaca-kaca spion. Begitu juga telinga, harus selalu peka mendengarkan lingkungan agar bunyi klakson dan suara kendaraan di jalan tetap terpantau. Tangan dan kaki juga seperti itu. Ada aktivitas-aktivitas fisik yang membuat otot-otot di seputar tangan dan kaki diajak bekerja. Apalagi bagi pengendara yang mobilnya masih manual sehingga membutuhkan energi yang lebih besar ketimbang mobil-mobil yang sudah serba otomatis.
Yang juga menarik adalah otak. Setiap pengemudi pasti membiasakan daya ingatnya bekerja. Entah sekadar memperhatikan rute jalan, maupun mengingat-ingat posisi kendaraan atau pengguna jalan lain di jalan raya. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini juga sangat baik untuk mencegah gejala pikun (demensia). Kelemahannya hanya satu: aktivitas-aktivitas berkendara cenderung monoton. Risikonya, bisa mengakibatkan ketidakseimbangan perkembangan otot-otot di tubuh pengendara. Karena itu, ada dua hal sederhana yang dapat kita tambahkan agar berkendara lebih menyehatkan, Pertama, usahakan mencari waktu untuk menggerakkan bagian tubuh secara lebih merata. Misalnya, menggerakkan tangan, kaki, menolehkan kepala ke kiri dan kanan saat mobil berhenti menunggu lampu merah, Kedua, usahakan mencoba menempuh jalur-jalur yang tidak biasa Anda lalui agar daya ingat ikut terlatih.