Laman

Senin, 07 Maret 2011

Semua Hal Tentang Mengisi BBM, Waspada Senjata Makan Tuan (bag. 2)

Do & Don’t Saat Mengisi BBM

Semua Hal Tentang Mengisi BBM, Waspada Senjata Makan Tuan (bag. 2)

Jakarta - Tak melulu bersiasat dengan BBM non-subsidi yang makin mencekik leher, ada kalanya pemikiran lebih rasional seputar bahan bakar justru bisa membuat dahi tak perlu berkerut.

Minimnya pengetahuan akan cairan BBM sangat mungkin menjadi senjata makan tuan di besutan kesayangan. Makanya pahami do n don’t soal BBM.

Bila dibiarkan, terbayang jutaan rupiah siap melayang percuma karena BBM di dalam tangki mobil menjadi mubazir. Perlakuan atau kebiasaan dalam mengisi BBM di SPBU saja bisa menjadi penghemat BBM atau sebaliknya, pemborosan.


Disadari atau tidak, masih banyak pemilik mobil yang membuang sebagian hasil jerih payahnya selama bekerja sebulan ke atas aspal.

Kadang, perlakuan dan pemikiran sederhana bisa memangkas biaya transportasi bulanan hingga ratusan ribu rupiah perbulannya.

OKTAN RENDAH


Pemakaian BBM beroktan rendah seperti Premium-TT (oktan 88) membuat konsumsi lebih boros. Secara logika, cukup masuk akal bila mesin memiliki rasio kompresi tinggi (di atas 10,5 : 1).

Sifat BBM beroktan kurang dari 90 lebih mudah terbakar, sehingga pada mesin berasio kompresi tinggi akan lebih dulu terbakar sebelum piston mencapai TMA (Titik Mati Atas). Efeknya jelas, saat mesin butuh BBM dalam jumlah tertentu sudah keburu habis terbakar. Mesin ngelitik.

Sebaliknya, mesin dengan rasio kompresi rendah akan mubazir memakai bensin beroktan tinggi. “Lebih ke pemborosan uang karena mesin tak butuh BBM mahal tadi,” jelas Joko Sulistyono, direktur bahan bakar dan pelumas dari IATO (Ikatan Ahli Teknik Otomotif).


SATU DISPENSER

Sering didapati pada sebuah SPBU, dispenser dengan dua nosel yang mengalirkan BBM berbeda seperti Premium-TT dan Bio-Solar.

Banyak yang enggan mengisi di dispenser ini karena takut BBM akan tercampur dan mengurangi kualitas.

Padahal, ini hanya salah kaprah karena dispenser sebenarnya merupakan kran yang memiliki tangki timbun masing-masing dan jauh terpisah dari dispenser.

“Kemungkinan BBM tercampur tak mungkin terjadi, tetapi pemilik mobil kerap kapok karena salah mengisikan mobilnya meski warna nosel sudah dibuat berbeda antara kuning dan hijau,” terang Erwin, supervisor SPBU 34-11507 di Kebon Jeruk, Jakbar.


FUEL TREATMENT

Fungsi fuel treatment lebih ke perawatan seperti water remover, injector cleaner atau fuel line cleaner.

Sistem bahan bakar yang dirawat berkala secara tidak langsung akan mengurangi konsumsi BBM sebuah mobil karena kualitasnya senantiasa terjaga.

“Tangki yang bersih dari kandungan air dan minyak jelas membuat BBM bisa terbakar lebih sempurna di ruang bakar untuk performa mesin yang maksimal,” jelas Arie Hidayat, managing director PT Wuerth Indah, distributor Wuerth.


OCTANE BOOSTER

Mencampur aditif seperti octane booster kerap jadi alternatif menyiasati BBM non-subsidi. Namun perlu diketahui, rata-rata produk octane booster hanya mampu menaikkan 2-3 point atau setara 0,2-0,3 RON

“Campuran antara Premium-TT dan octane booster jelas tak bisa menyamai angka oktan Pertamax,” jelas Suhendra, promotion manager PT. Laris Chandra, distributor STP. Toh, Hendra yakin feel akan performa mesin yang sama dan penghematan tetap bisa didapat.


TRUK TANGKI

Sempat dibahas mengenai tangki BBM mobil yang kosong. Sekarang giliran tangki timbun SPBU yang kosong dan perlu refueling dari truk tangki BBM. Hindari pengisian BBM dengan kondisi truk tangki sedang refueling.

Kotoran atau endapan di dasar tangki timbun akan terangkat naik saat pompa pengisi BBM memindahkan muatan dari truk tangki ke tangki timbun. Kemungkinan kotoran dari tangki timbun tersedot keluar melalui dispenser juga besar.

“Bila terpaksa mengisi bensin di SPBU tersebut, sebaiknya bersabar sekitar 40 menit untuk memastikan residu atau endapan kembali ke dasar tangki timbun,” papar Erwin, supervisor SPBU 34-11507 di Kebon Jeruk, Jakbar.