Potensi Kanker di Kabin Mobil
Cara Mudah Hindari Potensi Kanker dari Kabin Mobil
Pesan itu menekankan pentingnya mengeluarkan udara terperangkap di dalam mobil, sebelum memasukinya. Apalagi setelah mobil terjemur dalam kondisi cuaca yang terik.
Pesan ini bukanlah hoax atau cerita bohong. Karena pada kenyataannya, kabin memang bisa berpotensi menimbulkan kanker bagi manusia. Lantas apa yang salah?
“Terus terang, orang banyak menganggap itu karena freon A/C yang baru dinyalakan. Tapi bisa saya jamin itu salah! Soalnya, zat tetrafluoroethane yang ada di freon fungsinya cuma mendinginkan kalau dapat tekanan tinggi. Dia pun (freon, Red) aman buat manusia dan lingkungan karena sudah bertipe hidrofluorocarbon,” ungkap Hendrik, pemilik bengkel spesialis A/C Vent’s, sambil menambahkan freon tidak keluar dari sistem A/C ke kabin.
Maka tak heran kalau material kabin pada akhirnya dituding sebagai biang keladi perkara ini. “Itu bisa jadi benar, kalau material pembuatan bagian di interior masih menggunakan bahan yang berbahaya seperti VOC (Volatile Organic Compound),” bilang Armstrong dari accessories department PT. Nissan Motor Indonesia.
Untuk pengetahuan, VOC adalah sejenis bahan kimia yang terdapat pada hampir setiap produk otomotif yang dapat melepaskan kandungan organik selama digunakan apalagi kalau tepapar panas berlebih. Dan hal ini bisa menyebabkan kanker, iritasi mata dan kerusakan saluran pernapasan.
Karena itu, material parts kabin seharusnya harus bebas dari kandungan zat kimia berbahaya seperti itu. “Untuk Nissan sendiri, sudah diharamkan pakai zat kimia dan aditif. Spesifikasinya harus lead free, chlorine based, additives free, glycerin free serta VOC free,” lanjut Armstrong.
Hal tersebut tak hanya berlangsung pada dasbor saja, tetapi pada bahan pembungkus jok, trim, plafon dan lain sebagainya yang ada di kabin.
Yang jadi masalah, agak sulit menentukan material dasbor mobil mana yang bebas zat kimia, namun, “Biasanya kalau permukaannya sudah bagus dan tak gampang rusak kalau kena panas, itu bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya,” kata Hendrik yang membuka bengkelnya di bilangan Raya Kebon Jeruk.
Sementara itu di mobil baru, disebutkan bahwa kontaminasi zat acetone dan gas formaldehyde (formalin) akibat sisa-sisa perekat untuk memasang bagian interior, juga bisa berbahaya jika terhirup terlalu sering.
“Apabila kadar di dalam ruangan lebih dari 0.1 mg/kg (0,1 ppm), formaldehyde yang terhisap bisa menyebabkan iritasi pada membran mukosa hidung, mata dan tenggorokan, sehingga menyebabkan tenggorokan terasa terbakar, mata pedih serta mengeluarkan air mata, batuk, dan kepala pusing,” kata Dr. Kartika Hardiyani dari fakultas kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Dimana dalam jangka panjang, zat ini bisa juga menimbulkan benih-benih kanker.
Maka untuk mengurangi akibat buruknya, sesaat sebelum masuk ke mobil, harus senantiasa membebaskan udara yang terperangkap. Caranya, dengan membuka semua jendela atau pintu serta menghidupkan A/C, setidaknya selama lima menit.
Hal ini agar udara bisa bersirkulasi dengan baik. Selain itu, “Usahakan mobil dipasang filter kabin yang berkualitas baik. Misalnya yang sudah HEPA (High Efficiency Particulate Arrestance), yang sama digunakan di rumah sakit. Biasanya bisa menyerap kotoran dari udara dari luar maupun dari dalam,” tutup Hendrik.
Selain akibat campuran zat berbahaya seperti yang disebutkan di atas, nyatanya masih ada kontaminan lain yang bisa menyebabkan penyakit dalam kabin. Misalnya asap rokok yang bisa menyebabkan kanker paru-paru, virus yang berpotensi tersebar dari satu orang ke orang lainnya di dalam lingkungan tertutup seperti kabin.
Sementara itu, bakteri dan jamur yang berkembang biak dan bertahan di lingkungan yang lembab dan hangat seperti di dalam sistem A/C mobil, bisa menyebabkan reaksi alergi kepada beberapa orang. Karena itu, kebersihan kabin wajib dijaga. Setidaknya rutin setiap satu minggu sekali.