“Jika lampu HID lebih dari 4500 kelvin, cahayanya akan semakin putih. Sehingga akan membuat jalan atau benda yang diterangi terlihat putih dan tidak memberikan perbedaan warna. Hal ini membuat sensor saraf mata manusia kesulitan melakukan identifikasi obyek yang diterangi,” bilang Ir. Bintarto Agung, dari Indonesia Defensive Driving Center (IDDC).
Dari segi penerangan, lampu HID memang lebih optimal saat dipakai pada cuaca normal. Luas bidang pencahayaan lebih menyebar ketimbang bohlam konvensional. Namun untuk lampu bohlam HID yang melebihi 4500 kelvin, cahayanya tidak mampu menembus guyuran hujan.
Nah oleh karenanya pada cuaca hujan atau cuaca berkabut, visibilitas bakal lebih unggul menggunakan bohlam konvensional. “Lebih aman jika mengganti kembali lampu HID dengan bohlam konvensional. Untuk HID 4300 kelvin, cahayanya masih kekuningan. Sehingga masih ditolerir meskipun dipakai pada cuaca hujan,” ujar Wira, spesialis lampu dan kelistrikan dari Sacs Speedglow.
Cahaya putih bikin bias(kiri atas). Ganti bohlam HID berlumens tinggi dengan bohlam standar atau bohlam Xenon yang lebih rendah(kiri bawah). Lampu HID 4500 kelvin kebawah, cahayanya masih kekuningan dan mampu menembus guyuran hujan serta kabut(kanan).
Alhasil orientasi terhadap obyek bergerak bakal terganggu. Hal ini terjadi akibat bias dari sorotan lampu HID yang justru terkonsentrasi di depan atau tidak mampu menembus guyuran hujan. “Identifikasi akan kondisi bahaya di pinggir jalan dan lalu lintasnya bakal tidak optimal. Sehingga reaction time jadi berkurang,” lanjut pria yang berkantor di bilangan Lenteng Agung, Jaksel ini.
Nah ada cara jitu agar lampu HID tetap eksis tanpa perlu merombak ballast-nya. Yakni dengan mengganti bohlam xenon-nya saja. “Bohlam xenon ukuran 4.300 kelvin dibanderol antara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu, tergantung mereknya. Bohlam xenon ini dapat dipasang di ballast HID merek apapun,” seru Wira, yang buka gerai di bilangan Pondok Gede, Jaktim.