Jadi tenaga yang tersalur ke sisi kiri dan kanan selalu sama. Dalam kondisi tertentu, traksi ‘penuh’ seperti inilah yang kerap diperlukan. “Semisal merayapi medan bebatuan atau permukaan keras lainnya, respon yang diberikan LSD tidak spontan. Butuh entakan untuk membuat LSD mengunci,” lanjut Daniel Edwar dari MMC.
Positive locker
Karakter itulah yang membuat banyak pengguna jip menganggap locker lebih nyata memberikan kontribusi traksi dibandingkan LSD. Tak mengherankan jika locker banyak digemari off-roader di Indonesia, terutama yang sering terjun dalam event kompetisi.
“Locker lebih spontan untuk memutar kedua belah roda. Saya lebih memiliki feeling untuk menggunakan locker dibandingkan LSD,” tutur Joko Suryono yang lebih dikenal sebagai Joko Jangkrik.
Menurut Joko, karena traksi dan putaran roda yang pasti, Ia pun lebih mudah menebak traksi yang bakal didapat dibanding menggunakan LSD yang pembagian traksinya tergantung pada medan dan hentakan pada as roda.
“Tapi, saya tidak menyarankan locker pada kendaraan harian. Banyak faktor negatif yang ditimbulkannya. Salah satunya ban lebih cepat habis,” kekehnya sembari menutup perbincangan.
Negative Locker
Secara umum locker dapat dibagi menjadi menjadi dua macam kategori yang disebut dengan positive locker dan negative locker. Kedua kategori ini dibedakan dari jenis aktivasinya.
1. Positive locker
Locker ini sifatnya permanen, dimana proses penguncian pada rodanya tidak bisa dilepas. Sekali dipasang, maka selamanya kerja efek differential tidak pernah terjadi. Locker seperti Detroit Locker ataupun LockRight tergolong jenis positive locker.
Bahkan jika mengacu pada definisinya, maka Lock-las alias loker custom yang dibuat dari cara mengelas sidegear yang ada pada open diferential tergolong jenis ini.
2. Negative Locker
Nama ini dibubuhkan pada jenis locker part-time. Artinya Locker tersebut dapat diaktifkan maupun dinonaktifkan sesuai dengan kebutuhan. Sederet nama seperti ARB Air Locker, Eaton E-Locker hingga OX Locker masuk dalam golongan yang satu ini.